Sabtu, 31 Oktober 2015

Aktivasi Enzim Amylase (Saliva)

Praktikum Fisiologi Hewan
Aktivasi Enzim Amylase (Saliva)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan pada semester ganjil yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.


Kelompok
: 2

Nama/NIM
: Fitri Nuryanti
13542005

: Nenden Samrotul Puadah
13542006

: Intan Febrian Susanti
13542008

: Isman Saepul Hakim
13542010

: Ai Rani Rhyana Mustika
13542024

: Siti Rahmah Al-Humairoh
13542025
Kelas
: 3 – B

Fakultas/Jurusan
: Pendidikan Biologi S-1

Jadwal praktikum
: 26 Oktober 2015




LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT
2015
A.   Judul
Aktivasi enzim amylase melalui air ludah (saliva).

B.   Tujuan
·       Untuk mengetahui dan memahami proses pencernaan makanan dengan bantuan saliva.
·       Untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap kerja enzim amylase melalui perubahan warna.

C.   Alat dan bahan
1.     Alat
·        6 Tabung reaksi
·        Rak tabung reaksi
·        3 Gelas kimia
·        3 Kaki tiga
·        3 Bunsen
·        3 Kawat kasa
·        Elenmeyer
·        3 Termometer
·         Spatula
·        Pipet tetes
·        Penjepit tabung reaksi
·        Gelas ukur
2.     Bahan
·        Saliva dari setiap praktikan
·        Kain kasa
·        Larutan benedict
·        Larutan lugol
·        Larutan amilum

D.   Langkah kerja
1.     Disipakan alat dan bahan yang diperlukan.
2.     Diambil saliva dari setiap praktikan 25 ml, lalu disaring dengan kain kasa kasar.
3.   Disediakan masing-masing 3 buah penangas air yaitu, gelas kimia, bunsen, kaki tiga, kawat kasa, termometer. Setelah itu, gelas kimia diisi air masing-masing 50 ml dan beri label A, B, dan C.
4.     Dipanaskan sesuai temperature yang diinginkan yaitu, 24ºC, 37-38ºC, dan >80ºC. Perhatikan setiap perubahan temperaturnya sehingga tidak terjadi penurunan atau penaikkan.
5.     Dimasukan larutan amilum sebanyak 5 ml yang diukur dengan gelas ukur, lalu dimasukan ke dalam masing-masing 6 tabung reaksi.
6.  Dimasukan tabung reaksi ke dalam gelas kimia A, B, dan C, masing-masing 2 buah tabung reaksi.
7.     Setelah 10 menit, lalu dimasukkan 15 tetes saliva  ke dalam setiap tabung reaksi dan dicatat waktu pemasukannya.
8.   Disetiap interval 5 menit dilakukan tes dengan larutan benedict dan larutan lugol sampai terjadi titik achromatis dan mencatat waktunya, yaitu dengan meneteskan 1 tetes larutan lugol ke tabung reaksi 1 dan larutan benedict ke tabung reaksi 2. Hal tersebut dilakukan pada setiap tabung reaksi yang berada dalam masing-masing gelas kimia.
9. Dicatat setiap interval waktunya dan diamati perubahan warnanya sesuiakan dengan aturan keterangan warna.
10. Selama pengujian larutan benedict dan lugol, tabung reaksi tidak boleh dikeluarkan dan menjaga masing-masing penangas air agar tetap konstan keadaannya.
11.  Setelah itu, dibandingkan hasil dari masing-masing tabung percobaan.

E.    Hasil Pengamatan
1.     Pengamatan temperature 24ºC

Waktu (menit)
Perubahan warna
Larutan lugol
Larutan benedict
5 menit ke 1
+
+++
5 menit ke 2
+
+++
5 menit ke 3
+
+++
5 menit ke 4
+
+++
5 menit ke 5
+
+++
5 menit ke 6
+
+++
5 menit ke 7
+
+++
5 menit ke 8
-          
+++

          Keterangan : Biru
                             +++++ (sangat pekat)
                             ++++   (pekat)
                             +++     (cukup pekat)
                             ++       (kurang pekat)
                             +         (tidak pekat)
                             -          (achromatis)
2.     Pengamatan temperature 37ºC-38ºC

Waktu (menit)
Perubahan warna
Larutan lugol
Larutan benedict
5 menit ke 1
+
+++
5 menit ke 2
+
+++
5 menit ke 3
+
+++
5 menit ke 4
-          
+++
5 menit ke 5

+++
5 menit ke 6

+++
5 menit ke 7

++
5 menit ke 8

++
Keterangan : Biru
                             +++++ (sangat pekat)
                             ++++   (pekat)
                             +++     (cukup pekat)
                             ++       (kurang pekat)
                             +         (tidak pekat)
                             -          (achromatis)

3.     Pengamatan  temperature  >80ºC

Waktu (menit)
Perubahan warna
Larutan lugol
Larutan benedict
5 menit ke 1
++
++++
5 menit ke 2
++
++++
5 menit ke 3
+
++++
5 menit ke 4
+
++++
5 menit ke 5
+
+++++
5 menit ke 6
-          
+++++
5 menit ke 7

+++++
5 menit ke 8

+++++

Keterangan : Kuning
                             +++++ (sangat pekat)
                             ++++   (pekat)
                             +++     (cukup pekat)
                             ++       (kurang pekat)
                             +         (tidak pekat)
                             -          (achromatis)

 

F.    Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami mengamati tentang aktivasi enzim amylase yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami proses pencernaan makanan dengan bantuan saliva dan untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap kerja enzim amylase. Uji ini kami mengamati dalam tiga perlakuan pada emperatur yang berbeda-beda yaitu, pada  temperaratur 24ºC, 37ºC-38ºC, dan >80ºC.
Pada temperature 24ºC, larutan amilum yang ditetesi saliva dan lugol mengalami titik achromatis pada 5 menit ke 8, sedangkan larutan amilum yang ditetesi saliva dan benedict tidak mengalami titik achromatis, akan tetapi berwarna biru cukup pekat.
Pada temperature 37ºC-38ºC, larutan amilum yang ditetesi saliva dan lugol mengalami titik achromatis pada 5 menit ke 4, sedangkan larutan amilum yang ditetesi saliva dan benedict tidak mengalami titik achromatis, akan tetapi berwarna biru cukup pekat, selanjutnya pada 5 menit ke 7 berwarna biru kurang pekat.
Pada temperature >80ºC, laruan amilum yang ditetesi saliva dan lugol mengalami titik achromatis pada 5 menit ke 6, sedangkan larutan amilum yang ditetesi saliva dab benedict tidak mengalami titik achromatis, akan tetapi berwarna kuning pekat, selanjutnya pada 5 menit ke 5 berwarna kuning sangat pekat. 
Dari hasil-hasil percobaan kami dapat diketahui bahwa hal-hal tersebut dapat terjadi karena adanya berbagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim antara lain suhu, pH, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim dan zat-zat penghambat. Suhu berpengaruh terhadap fungsi enzim karena reaksi kimia menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Kemudian pH berpengaruh terhadap fungsi enzim karena pada umumnya efektifitas maksimum suatu enzim pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5 – 8,0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
G.   Kesimpulan
Jadi, pada percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa pengaruh temperature terhadap kerja enzim amylase sangat berpengaruh. Yaitu, pada temperature 24ºC  percobaan yang ditetesi larutan lugol bekerja dengan baik, dan percobaan yang ditetesi larutan benedict tidak bekerja dengan baik. Pada temperature 37ºC-38ºC percobaan yang ditetesi larutan lugol bekerja dengan baik, dan percobaan yang ditetesi larutan benedict tidak bekerja dengan baik.
Dan pada temperature >80ºC  percobaan yang ditetesi larutan lugol bekerja dengan baik, dan percobaan yang ditetesi larutan benedict tidak bekerja dengan baik.
Hal-hal tersebut dapat terjadi karena adanya aktivitas enzim yang dipengaruhi oleh beberapa factor seperti temperatur, pH, jumlah enzim, dan jumlah substrat. Suatu enzim dapat bekerja dengan baik bila faktor tersebut berada dalam keadaan optimum. Enzim amilase tidak bekerja karena mengalami denaturasi (rusak) pada bagian apoenzimnya.
H.   Daftar pustaka
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-DasarBiokimia. Jakarta : UI-Prees.
Isharmanto. 2009. Sifat-sifat Enzim (Diakses tanggal 27 Oktober 2014)
Mulia, Isnan. 2007. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim
           (Diakses tanggal 27 Oktober 2014)
Isnaeni, Wiwi. 2006.  Fisiologi hewan. Yogyakarta : Kanisius. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar