Praktikum Fisiologi Hewan
Aktivasi Enzim Amylase (Saliva)
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan pada
semester ganjil yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.
Kelompok
|
: 2
|
|
Nama/NIM
|
: Fitri Nuryanti
|
13542005
|
|
: Nenden Samrotul Puadah
|
13542006
|
|
: Intan Febrian Susanti
|
13542008
|
|
: Isman Saepul Hakim
|
13542010
|
|
: Ai Rani Rhyana Mustika
|
13542024
|
|
: Siti Rahmah Al-Humairoh
|
13542025
|
Kelas
|
: 3 – B
|
|
Fakultas/Jurusan
|
: Pendidikan Biologi S-1
|
|
Jadwal praktikum
|
: 26 Oktober 2015
|
|
LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
GARUT
2015
A. Judul
Aktivasi enzim amylase melalui air ludah (saliva).
B. Tujuan
· Untuk mengetahui dan memahami proses pencernaan makanan dengan bantuan
saliva.
· Untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap kerja enzim amylase
melalui perubahan warna.
C. Alat dan bahan
1. Alat
·
6 Tabung reaksi
·
Rak tabung reaksi
·
3 Gelas kimia
·
3 Kaki tiga
·
3 Bunsen
·
3 Kawat kasa
·
Elenmeyer
·
3 Termometer
·
Spatula
·
Pipet tetes
·
Penjepit tabung reaksi
·
Gelas ukur
2. Bahan
·
Saliva dari setiap praktikan
·
Kain kasa
·
Larutan benedict
·
Larutan lugol
·
Larutan amilum
D. Langkah kerja
1. Disipakan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Diambil saliva dari setiap praktikan 25 ml,
lalu disaring dengan kain kasa kasar.
3. Disediakan masing-masing 3 buah penangas air
yaitu, gelas kimia, bunsen, kaki tiga, kawat kasa, termometer. Setelah itu,
gelas kimia diisi air masing-masing 50 ml dan beri label A, B, dan C.
4. Dipanaskan sesuai temperature yang diinginkan
yaitu, 24ºC, 37-38ºC, dan >80ºC. Perhatikan setiap perubahan temperaturnya
sehingga tidak terjadi penurunan atau penaikkan.
5. Dimasukan larutan amilum sebanyak 5 ml yang
diukur dengan gelas ukur, lalu dimasukan ke dalam masing-masing 6 tabung
reaksi.
6. Dimasukan tabung reaksi ke dalam gelas kimia
A, B, dan C, masing-masing 2 buah tabung reaksi.
7. Setelah 10 menit, lalu dimasukkan 15 tetes
saliva ke dalam setiap tabung reaksi dan
dicatat waktu pemasukannya.
8. Disetiap interval 5 menit dilakukan tes dengan
larutan benedict dan larutan lugol sampai terjadi titik achromatis dan mencatat
waktunya, yaitu dengan meneteskan 1 tetes larutan lugol ke tabung reaksi 1 dan
larutan benedict ke tabung reaksi 2. Hal tersebut dilakukan pada setiap tabung
reaksi yang berada dalam masing-masing gelas kimia.
9. Dicatat setiap interval waktunya dan diamati
perubahan warnanya sesuiakan dengan aturan keterangan warna.
10. Selama pengujian larutan benedict dan lugol, tabung reaksi tidak boleh
dikeluarkan dan menjaga masing-masing penangas air agar tetap konstan
keadaannya.
11. Setelah itu, dibandingkan hasil dari masing-masing tabung percobaan.
E. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan temperature 24ºC
Waktu
(menit)
|
Perubahan
warna
|
|
Larutan
lugol
|
Larutan
benedict
|
|
5
menit ke 1
|
+
|
+++
|
5
menit ke 2
|
+
|
+++
|
5
menit ke 3
|
+
|
+++
|
5
menit ke 4
|
+
|
+++
|
5
menit ke 5
|
+
|
+++
|
5
menit ke 6
|
+
|
+++
|
5
menit ke 7
|
+
|
+++
|
5
menit ke 8
|
-
|
+++
|
Keterangan : Biru
+++++ (sangat
pekat)
++++ (pekat)
+++ (cukup pekat)
++ (kurang pekat)
+ (tidak pekat)
- (achromatis)
2. Pengamatan temperature 37ºC-38ºC
Waktu
(menit)
|
Perubahan
warna
|
|
Larutan
lugol
|
Larutan
benedict
|
|
5
menit ke 1
|
+
|
+++
|
5
menit ke 2
|
+
|
+++
|
5
menit ke 3
|
+
|
+++
|
5
menit ke 4
|
-
|
+++
|
5
menit ke 5
|
|
+++
|
5
menit ke 6
|
|
+++
|
5
menit ke 7
|
|
++
|
5
menit ke 8
|
|
++
|
Keterangan
: Biru
+++++ (sangat
pekat)
++++ (pekat)
+++ (cukup pekat)
++ (kurang pekat)
+ (tidak pekat)
- (achromatis)
3. Pengamatan
temperature >80ºC
Waktu
(menit)
|
Perubahan
warna
|
|
Larutan
lugol
|
Larutan
benedict
|
|
5
menit ke 1
|
++
|
++++
|
5
menit ke 2
|
++
|
++++
|
5
menit ke 3
|
+
|
++++
|
5
menit ke 4
|
+
|
++++
|
5
menit ke 5
|
+
|
+++++
|
5
menit ke 6
|
-
|
+++++
|
5
menit ke 7
|
|
+++++
|
5
menit ke 8
|
|
+++++
|
Keterangan : Kuning
+++++ (sangat
pekat)
++++ (pekat)
+++ (cukup pekat)
++ (kurang pekat)
+ (tidak pekat)
- (achromatis)
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami mengamati
tentang aktivasi enzim amylase yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami
proses pencernaan makanan dengan bantuan saliva dan untuk mengetahui pengaruh
temperature terhadap kerja enzim amylase. Uji ini kami mengamati dalam tiga
perlakuan pada emperatur yang berbeda-beda yaitu, pada temperaratur 24ºC, 37ºC-38ºC, dan >80ºC.
Pada temperature 24ºC, larutan amilum yang
ditetesi saliva dan lugol mengalami titik achromatis pada 5 menit ke 8,
sedangkan larutan amilum yang ditetesi saliva dan benedict tidak mengalami
titik achromatis, akan tetapi berwarna biru cukup pekat.
Pada temperature 37ºC-38ºC, larutan amilum yang ditetesi saliva dan
lugol mengalami titik achromatis pada 5 menit ke 4, sedangkan larutan amilum
yang ditetesi saliva dan benedict tidak mengalami titik achromatis, akan tetapi
berwarna biru cukup pekat, selanjutnya pada 5 menit ke 7 berwarna biru kurang
pekat.
Pada temperature >80ºC, laruan amilum yang
ditetesi saliva dan lugol mengalami titik achromatis pada 5 menit ke 6,
sedangkan larutan amilum yang ditetesi saliva dab benedict tidak mengalami
titik achromatis, akan tetapi berwarna kuning pekat, selanjutnya pada 5 menit
ke 5 berwarna kuning sangat pekat.
Dari hasil-hasil percobaan kami dapat diketahui
bahwa hal-hal tersebut dapat terjadi karena adanya berbagai faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi fungsi enzim antara lain suhu, pH, konsentrasi substrat,
konsentrasi enzim dan zat-zat penghambat. Suhu berpengaruh terhadap fungsi
enzim karena reaksi kimia menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh
suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu
dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga
konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Kemudian pH berpengaruh terhadap
fungsi enzim karena pada umumnya efektifitas maksimum suatu enzim pada pH optimum,
yang lazimnya berkisar antara pH 4,5 – 8,0. Pada pH yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena
menjadi denaturasi protein.
G. Kesimpulan
Jadi, pada percobaan yang kami lakukan dapat
disimpulkan bahwa pengaruh temperature terhadap kerja enzim amylase sangat
berpengaruh. Yaitu, pada temperature 24ºC
percobaan yang ditetesi larutan lugol bekerja dengan baik, dan percobaan
yang ditetesi larutan benedict tidak bekerja dengan baik. Pada temperature 37ºC-38ºC
percobaan yang ditetesi larutan lugol bekerja dengan baik, dan percobaan yang
ditetesi larutan benedict tidak bekerja dengan baik.
Dan pada temperature >80ºC percobaan yang ditetesi larutan lugol bekerja
dengan baik, dan percobaan yang ditetesi larutan benedict tidak bekerja dengan
baik.
Hal-hal tersebut dapat terjadi karena adanya aktivitas enzim yang dipengaruhi oleh beberapa factor seperti temperatur,
pH, jumlah enzim, dan jumlah substrat. Suatu enzim dapat bekerja dengan baik
bila faktor tersebut berada dalam keadaan optimum. Enzim amilase tidak bekerja
karena mengalami denaturasi (rusak) pada bagian apoenzimnya.
H. Daftar pustaka
Poedjiadi,
A. 1994. Dasar-DasarBiokimia. Jakarta
: UI-Prees.
Isharmanto. 2009. Sifat-sifat Enzim
(Diakses tanggal 27 Oktober 2014)
Mulia, Isnan. 2007. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kerja Enzim :
(Diakses tanggal 27
Oktober 2014)
Isnaeni, Wiwi.
2006. Fisiologi hewan. Yogyakarta : Kanisius.