Kuliah Lapangan
Fisiologi Hewan
Sistem Saraf dan
Otot (Rana canrivora)
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan pada
semester ganjil yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.
Kelompok
|
:
2
|
|
Nama/NIM
|
:
Fitri Nuryanti
|
13542005
|
:
Nenden Samrotul Puadah
|
13542006
|
|
:
Intan Febrian Susanti
|
13542008
|
|
:
Isman Saepul Hakim
|
13542010
|
|
:
Ai Rani Rhyana Mustika
|
13542024
|
|
:
Siti Rahmah Al-Humairoh
|
13542025
|
|
Kelas
|
:
3 – B
|
|
Fakultas/Jurusan
|
:
Pendidikan Biologi S-1
|
|
Jadwal
kuliah lapangan
|
:
05 Januari 2016
|
LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT
2016
SISTEM SARAF
REFLEKS PADA KATAK
A.
Tujuan
Mempelajari
refleks normal dan spinal pada katak
B.
Alat dan Bahan
Alat :
-
Akuarium
-
Bak
bedah
-
Statif
-
Rantai penggantung
-
Sonde/pengaduk gelas
-
Gunting bedah
-
Beaker gelas
Bahan
:
-
Katak sawah (Rana cancrivora)
-
Larutan HNO3 encer
-
Larutan H2SO4 1%, 3% ,5%
-
Larutan HNO3 pekat
-
Larutan fisiologis
(NaCL 0,6%)
C. Langkah kerja
1. Katak normal
a. Peganglah katak yang
masih hidup dengan tangan kiri dan genggamlah kedua kaki belakangnya,kemudian
dekatkan gelas pengaduk atau sonde pada daerah mata.Amati refleks yang terjadi?
b. Sentuh nares eksterna
pada katak tersebut dan perhatikan gerakan nares eksterna tersebut.
c. Usaplah
bagian tenggorokan sampai bagian perut dan perhatikan gerakan anggota badan
anterior.
d. Goreslah/sentuhlah
bagian lateral atau dorsal tubuh katak, apakah katak tersebut berbunyi?
e. Peganglah
kedua kaki depan nya dan biarkan kedua kaki belakang bebas, kemudian goreskan gelas
pengaduk yang telah dicelupkan ke dalam
HNO3 encer pada punggungnya. amati
apa yang terjadi?
f. Lakukanlah
sumasi rangsang kimia seperti pada katak yang telah mengalami dekapitasi. Katak bereaksi keras.
2. Katak yang telah
didekapitasi
Seekor
katak yang telah dihilangkan otaknya disebut katak yang hanya Memiliki spinal
(spinal frog) atau katak didekapitasi.
Ketika mengangkat otaknya kerjakan dengan cara
hati-hati agar tidak merusak tulang belakangnya (spinal cord). Perhatikan cara berikut: masukan gunting bedah
ke dalam mulut katak dan angkat kepalanya,kemudian guntinglah di bawah membrane
timpani.tutuplah ujung potongan tersebut dengan kapas dan gantunglah katak
tersebut pada statif dengan mengkait rahang bawahnya.tetesi dengan larutan
fisiologis agar kesadarannya pulih kembali.
Setelah katak siuman kerjakan hal-hal berikut:
a. Masukan katak tersebut ke dalam
akuarium, perhatikan
gerakannya.
b. Kemudian
terlentangkan katak pada bak bedah,
perhatikan
apakah katak berusaha untuk membalikan badannya atau tidak.
c. Selanjutnya letakan
katak tadi pada bidang miring mengarah ke bawah bidang tersebut ,perhatikan
gerakannya.
d. Gantunglah katak
tersebut pada bagian rahang bawahnya.
e. Lakukanlah sumasi dengan
rangsangan zat-zat kimia seperti berikut:
Sediakan
tiga gelas beaker yang masing-masing berisi larutan H2SO4,
1%, 3%, 5%. Celupkan ujung jari katak pada larutan yang terlemah,ulangi beberapa
kali sampai terjadi respon. Celupkan
ujung jari kaki katak tersebut pada larutan yang lebih kuat. Perhatikan sebelum
dicelupkan jari katak harus dicuci terlebih dahulu.
f. Sentuhlah jari kaki
belakang dan jari kaki depan dengan benda panas, perhatikan reaksinya.
g. Sentuh pula bagian
ventral/perutnya dengan benda panas,
bagaimana
reaksinya?
D. Hasil Pengamatan
1. Katak normal
Jenis rangsang
|
Tanggapan yang diberikan oleh
katak
|
Keterangan
|
A
|
Berkedip
satu mata
|
Ada
respon
|
B
|
Bergerak
|
Ada
respon
|
C
|
Badan,
kaki, dan tangan bergerak.
|
Ada
respon
|
D
|
Tidak
berbunyi
|
Tidak
ada respon
|
E
|
Kakinya
meloncat
|
Ada
respon
|
H2SO4 1 %
|
Reaksi
pada ujumg jari dari terbuka menjadi rapat
|
Ada
respon
|
H2SO4 3 %
|
Reaksi
pada ujumg jari dari terbuka menjadi lebih rapat
|
Ada
respon
|
H2SO4 5 %
|
Reaksi
pada ujumg jari sangat cepat dari terbuka menjadi lebih rapat
|
Ada
respon
|
2. Katak yang telah didekapitasi
Jenis rangsang
|
Tanggapan yang diberikan oleh
katak
|
Keterangan
|
A
|
Bergerak
meloncat setelah ada rangsangan
|
Ada
respon
|
B
|
Tidak
|
Tidak
ada respon
|
C
|
Tidak
bergerak
|
Tidak
ada respon
|
H2SO4
1 %
|
Tidak
bereaksi apa-apa
|
Tidak
ada respon
|
H2SO4
3 %
|
Tidak
beeraksi apa-apa
|
Tidak
ada respon
|
H2SO4
5 %
|
Tidak
beeraksi apa-apa
|
Tidak
ada respon
|
HNO3
pekat
|
Bereaksi
|
Ada
respon
|
F
|
Bereaksi
|
Ada
respon
|
G
|
Bereaksi
|
Ada
respon
|
E.
Pembahasan
Dapat kami jelaskan hasil pengamatan
diatas, bahwa pada katak normal kami memberikan beberapa jenis rangsangan dan
hasilnya semua ada respon atau tanggapan. Karena, katak tersebut masih
mempunyai sistem sarap lengkap seperti otak dan tulang belakang (spinal cord).
Sedangkang pada katak yang telah didekapitasi, kami juga memberikan beberapa
jenis rangsangan dan hasilnya tidak semua ada responnya. Karena, katak tersebut
tidak mempunyai otak tetapi hanya tulang belakang saja, sehingga sistem
sarafnya terganggu dan pada akhirnya banyak rangsangan yang tidak ada
responnya.
F.
Pertanyaan
1. Pada katak yang telah didekapitasi apakah masih
sanggup merespon setiap rangsang yang diberikan? Jelaskan jawaban anda!
Tidak,
hanya beberapa respon saja yang ada responnya. Karena, katak tersebut hanya memiliki
spinal frog dan tidak ada otaknya sehingga beberapa sistem sarafnya rusak atau
reganggu dan pada akhirnya ketika kami berikan beberapa rangsangan tidak
semuanya ada responnya.
2. Apakah yang dimaksud dengan refleks? Jelaskan
bagaimana mekanismenya!
Gerakan
yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah adanya rangsang.
Mekanisme
gerak refleks : yang yang diterima oleh reseptor atau alat indra dibawa oleh
sel saraf sensorik ke sumsum tulang belakang untuk diproses dan respon tadi
diteruskan oleh sel saraf motorik ke otot untuk melakukan reaksi (berupa
gerakan menarik tangan dengan cepat).
G.
Kesimpulan
Jadi, setelah kami melakukan
pengamatan dapat disimpulkan bahwa katak dapat bergerak refleks dan merespon
sepenuhnya apabila sistem sarafnya dalam keadaan lengkap. Dan katak dapat bergerak refleks dan merespon
tidak sepenuhnya apabila sistem saraf katak sudah tidak lengkap. Karena, sistem
kerja saraf aferen apabila terangsang akan mengeluarkan efektor-efektor yang
akan serempak bereaksi. Apabila saraf aferennya sudah tidak ada maka
sebaliknya.
REFLEKS PADA TENDON MANUSIA
A. Tujuan
Mempelajari
refleks tendon pada patella manusia
B. Alat
dan bahan
-
Palu atau pemukul
lainnya
-
Kursi
C. Cara
Kerja
1. Duduklah salah seorang praktikan pada kursi dan
biarkan salah satu kakinya dalam keadaan bebas atau santai.
2. Pukulah
ligamentum patellanya di bawah tempurung lutut dengan palu atau alat pemukul
lainnya.
3. Perhatikan
gerakan kaki tersebut.
D. Hasil
Pengamatan
Nama
|
Respon/Gerakan Kaki
|
Keterangan
|
Fitri
Nuryanti
|
Bereaksi/mengangkat
|
Ada respon
|
Nenden
Samarotul Puadah
|
Bereaksi/mengangkat
|
Ada respon
|
Isman
Saepul Hakim
|
Bereaksi/mengangkat
|
Ada respon
|
Intan
Febrian
|
Bereaksi/mengangkat
|
Ada respon
|
Ai
Rani Rhyana Mustika
|
Bereaksi/mengangkat
|
Ada respon
|
Siti
Rahmah Al-Humairoh
|
Bereaksi/mengangkat
|
Ada respon
|
E. Pembahasan
Dapat kami jelaskan pada pengamatan yang telah kami
lakukan yaitu, semua praktikan yang pada saat di pukul ligamentum patellanya
dibawah tempurung lutut dengan alat pemukul ternyata semuanya memberikan respon
dengan respon kakinya bereaksi/mengangkat dan tangan langsung bereaksi juga.
Hal tersebut terjadi karena, sistem saraf semua praktikan dalam keadaan baik
dan berfungsi.
F.
Kesimpulan
Jadi, setelah melakukan pengamatan dapat disimpulkan
bahwa refleks tendon patella manusia bekerja sangat baik dan cepat apabila
sitem saraf manusia dalam keadaan baik pula atau tidak memiliki gangguan.
OTOT RANGKA
A. Tujuan
1.
Mempelajari respon otot
terhadap berbagai macam rangsang.
2.
Mengukur kecepatan
kontraksi tunggal otot rangka.
3.
Mempelajari
peride-periode kontraksi otot yang mengalami kelelahan.
B. Alat
dan Bahan
Alat :
-
Gunting
-
Sonde
-
Bak bedah
-
Kymograph
-
Stimulator
-
Flaw-flaw clamp
-
Double clamp
-
Light muscle lever
-
Flat base stand
-
Garputala
-
Pinset
Bahan
:
-
Katak yang masih
hidup
-
Larutan
fisiologis (Ringer;s)
C. Cara
Kerja
1. Mengisolasi
otot Gastrocnemius ( Otot Betis )
a. Potonglah
bagian kepala katak mulai dari sebelah belakang membran timpani ( dekapitasi )
b. Rusakkan
sumsum tulang belakang dengan cara menusuk dengan sepotong kawat atau sonde
sedalam-dalamnya sehingga katak menjadi lemas
c. Untuk
mendapatkan otot Gastrocnemius dari sebuah kaki katak, lakukan cara sebagai
berikut :
- Pisahkan
otot Gastrocnemius tersebut dari otot lainnya dengan cara memasukan sonde pada
daerah antara otot tersebut dengan otot lainnya ( untuk mempelajari respon otot
terhadap berbagai macam rangsang, cukup dikerjakan sampai disini dahulu )
-
Lepepaskan
pula bagian tendo achiles pada daerah tumir katak
dengan menggunakan
gunting.
- Ikatkan
sehelai benang pada bagian ujung tendon paha, potonglah bagian benang yang
terlebih dahulu sehingga masih memungkinkan untuk diikatkan pada otot.
-
Pisahkan otot paha dari
saraf sciatiknya.
-
Ikatlah saraf
sciatiknya tersebut dengan sehelai benang dan potonglah pada bagian atas dari
ikatan tadi.
-
Potonglah otot dan
tulang pahanya.
-
Selama melakukan
kegiatan di atas tubuh katak terutama otot Gastrocnemius selalu dibasahi dengan
larutan Ringer’s demikian pula pada waktu melaksanakan percobaan
2.
Pengaruh
berbagai rangsang bagian punggungnya terhadap kontraksi otot
a.
Letakan katak
pada bagian punggungnya di atas bak bedah, lakukan tiga macam rangsang pada
otot gastocnemius (otot betis) sebagai berikut :
-
Rangsang mekanik
: otot dijepit dengan pinset.
-
Rangsang
elektrik : kawat dihubungkan dengan stimulator, ditempatkan pada otot dan
kemudian diberi arus.
-
Rangsang termis
: sebatang kawat yang telah dipanaskan langsung diatas api ditempelkan pada
otot.
b.
Perhatikan hasil
yang didapatkan dari masing=masing pemberian rangsang tersebut diatas, buat
catatannya!
3.
Respon otot
terhadap rangsang tunggal dengan intensitas rangsang yang berbeda,
a.
Pasanglah
peralatan yang akan kita gunakan sedemikian rupa sehingga untuk digunakan
(kymograph) stimulator dan peralatannya lainnya. Hal ini dilakukan sebelum
mengisolasi otot gastrocnemius.
b.
Pisahkan
sebagian tulang dan otot femur dari bagian tubuh katak yang lainnya, tulang
femur dijepit dengan kuat pada penjepit tulang, sedangkan benang yang mengikat
tendon achiles dihubungkan dengan pengungkit otot.
c.
Perangsangan
otot dilakukan dengan kawat listrik yang dihubungkan dengan rangsang induksi
pada stimulator atau sumber arus lainnya, sedangkan signal magnet dihubungkan
pada magnet.
d.
Untuk rangsangan
pertama berikan tegangan arus sekecil mungkin sehingga respon otot yang
minimal. Tromol tidak digerakkan sehingga gerakan ke atas dan ke bawah hanya
meninbulkan satu goresan. Ulangi percobaan diatas dengan kuat tegangan arus
yang sama. Sebelumnya tromol diputar lebih kurang 1 cm dari posisi semula
dengan menggunakan tangan.
e.
Lanjutkan
pemberian rangsang dengan kuat, tegangan arus yang lebih kuat dari point d,
lakukan percobaan sesuai point d.
f.
Lamjutkan
percobaan tersebut dengan memberikan tambahan kuta dengan arus dari percobaan
apabila sudah didapatkan kontraksi maksimal dari otot tersebut (perhatikan
tinggi goresan yang dihasilkan masih bertambah atau tidak).
4.
Kontraksi
tunggal otot rangka
Kontraksi tunggal otot rangaka merupakan hasil
rangsangan tunggal, pada umumnya terdiri dari tiga periode yaitu : periode
laten. Saat dari mulai pemberian rangsang sampai mulai timbul respon. Periode
kontraksi, fase pemendekan. Periode relaksasi, setelah fase pemendekan otot
kembali ke keadaan semula.
a.
Alat yang
digunakan sama dengan yang digunakan pada percobaan 3, ditambah dengan
garputala yang dipasang dibawah signal magnet, pencatatan dilakukan dengan
tromol cepat.
b.
Pasanglah otot
gastronemius yang baru pada percobaan 3.
c.
Perhatikan kedudukan
semua jarum pencatat pada tromol. Semua jarum pencatat harus berada pada bidang
ventrikal yang sama.
d.
Berilah
rangsangan elektrik yang cukup kuat pada otot gastronemius tersebut, bersamaan
dengan itu putarlah tromol dan getarkan pula garputalanya.
e.
Ulangi percobaan
tersebut, usahakan grafik yang dihasilkan tidak mengganggu grafik lainnya yang
sudah ada. Jangan memberikan rangsangan apapun pada otot tersebut sebelum
digunakan agar hasil yang diharapkan cukup baik.
f.
Tentukan daerah
mana yang dimaksud dengan daerah periode laten, periode kontraksi, dan periode
relaksasi.
5.
Kelelahan
a.
Setelah
percobaan 4 diperoleh hasil yang baik, rangsanglah otot tersebut berkali-kali
tanpa mencatat pada kymograph.
b.
Bila gejala
kelelahan telah terlihat (perhatikan perubahan kontraksinya), buatlah
pencatatan kontraksi otot tersebut seperti pada percobaan 4.
c.
Bandingakn
grafik yang didapatkan dengan grafik dari percobaan 4.
D. Hasil
Pengamatan
a.
Jenis rangsang yang diberikan
|
Tanggapan yang diberiakn oleh otot
|
Keterangan
|
Elektrik
|
Bereaksi
|
b.
Besarnya intensitas rangsang
|
Tanggapan yang diberikan oleh otot
|
Keterangan
|
Minimal
|
Bereaksi
|
|
Submaksimal
|
Bereaksi
|
|
Maksimal
|
Bereaksi
|
Grafik
tersebut merupakan hasil dari kymograph yang mengukur kerja otot dengan kecepatan
tunggal, ganda (sumasi), dan tetanus.
E.
Pembahasan
Dapat kami jelaskan pada pengamatan yang
telah kami lakukan yaitu, pada berbagai jenis rangsang yang diberikan pada otot
semuanya terjadi adanya respon atau tanggapan. Juga terbukti adanya grafik
sebagai hasil dari kerja otot.
F. Pertanyaan
1. Sebutkan
perbedaan respon otot terhadap tiga macam rangsangan yang dipakai!
Kami
hanya menggunkan rangsang elektrik saja yaitu Respon elektrik respon dengan
bantuan aliran listrik.
2. Rangsang
manakah yang terbaik untuuk dipakai di laboratorium
dan mengapa?
Rangsang mekanik, karena rangsang tersebut bersifat aman
dan ramah lingkungan bagi laboratorium.
3. Apa
yang dimaksud dengan tendon dan apa fungsinya ?
Tendon adalah jenis
jaringan lunak yang menghubungkan jaringan otot dengan tulang, mirip dengan
ligmen yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Fungsi tendon adalah
untuk bertindak sebagai peregangan dan mekanisme rekoil (kembali) yang mentransmisikan
gaya yang dihasilkan oleh otot ke tulang atau sendi yang berpasang. Meskipun
analogi yang tidak sempurna, tendon dapat dianggap sebagai mirip dengan karet
gelang yang elastis.
4. Apakah
perbedaan stimulus minimal, stimulus sub maksimal dan stimulus maksimal?
Stimulus minimal adalah
rangsang yang terkecil yang dapat menimbulkan tanggapan.
Stimulus sub maksimal
adalah rangsang yang intensitasnya bervariasi dari rangsang ambang sampai
rangsang maksimal.
Stimulus maksimal
adalah rangsangan yang dapat menimbulkan tanggapan maksimal.
5. Hitunglah
berapa waktu laten dan waktu kontraksi serta waktu relaksasi otot gastrocnemius?
Waktu
laten yaitu berada pada kisaran waktu 0-5 mm.
Waktu
kontraksi berada pada kisaran waktu 6-25 mm.
Waktu
tersebut jelas berbeda-beda, tergantung pada jenis perlakuan percobaannya dan
kisaran-kisaran waktu yang telah ditentukan.
G. Kesimpulan
Jadi, setelah melakukan pengamatan dapat disimpulkan bahwa respon otot
terhadap rangsangan berbeda-beda tergantung pada jenis rangsangannnya. Kecepatan
kontraksi tunggal otot rangka terjadi pada tiga periode, yaitu periode waktu
laaten, waktu kontraksi, dan waktu relaksasi. Setelah diberikan berbagai
rangsangan ternyata otot tersebut mengalami kelelahan dan tidak berkontraksi
lagi, hal tersebut dapat dilihat pada grafik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar