Senin, 28 Desember 2015

Ekskresi (Pemeriksaan Urine)



Praktikum Fisiologi Hewan
Ekskresi (Pemeriksaan Urine)  

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan pada semester ganjil yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.

Kelompok
: 2

Nama/NIM
: Fitri Nuryanti
13542005

: Nenden Samrotul Puadah
13542006

: Intan Febrian Susanti
13542008

: Isman Saepul Hakim
13542010

: Ai Rani Rhyana Mustika
13542024

: Siti Rahmah Al-Humairoh
13542025
Kelas
: 3 – B

Fakultas/Jurusan
: Pendidikan Biologi S-1

Jadwal praktikum
: 21 Desember 2015






LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT
2015

A.   Judul
Ekskresi (Pemeriksaan Urine)
B.   Tujuan
·        Untuk mengetahui kandungan glukosa dalam urine.
·        Untuk mengetahui kandungan albumin dalam urine.
·        Untuk mengetahui kandungan clorida dalam urine.
·        Untuk mengetahui kandungan amonia dalam urine.   
C.   Alat dan Bahan
1.     Alat
·        8 tabung reaksi
·        Rak tabung reaksi
·        Pipet tetes
·        Gelas kimia
·        Penjepit tabung reaksi
·        Pembakar spirtus
·        Gelas ukur
·        Gasoline 
2.     Bahan
·        Urine secukupnya
·        Larutan benedict’s
·        Asam nitrit pekat
·        H2O/AgNO3 10 %

D.   Langkah kerja
1.     Uji glukosa dalam urine
·        Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
·        Dididihkan 5 ml larutan benedict’s dalam tabung reaksi.
·   Ditambahkan 8 tetes urine ke dalam larutan tadi dan dipanaskan kembali selama 1-2 menit, kemudian biarkan larutan tersebut sampai dingin.
·  Di amati perubahan warna tersebut atau endapan yang terjadi. Apabila hijau : kadar glukosa 1 %, merah : kadar glukosa 1,5 %, orange : kadar glukosa 2 %, dan kuning : kadar glikosa 5 %.
2.     Uji albumin dalam urine
·        Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
·        Dimasukan 5 ml asam nitrit pekat kedalam tabung reaksi.
·     Dimiringkan tabung reaksi tersebut, kemudian ditetesi urin dengan menggunakan pipet tetes secara perlahan-lahan sehingga urine turun melalui sepanjang tabung.
·   Di amati apabila urine mengandung albumin maka akan terlihat adanya cincin berwarna putih yang terdapat pada daerah kontak urine dan asam  nitrit.
3.     Uji chlorida dalam urine
·        Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
·      Dimasukan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi, kemudian ditetesi dengan H2O/AgNO3 sebanyak 4 tetes.
·    Di amati perubahan yang terjadi, jika terdapat endapan putih berarti menunjukan adanya chlorida radikal.
4.     Uji amonia dalam urine
·        Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
·        Dimasukan 1 ml urin ke dalam tabung reaksi.
·        Dipanaskan, lalu dicium bau urine tersebut.
E.    Hasil Pengamatan
1.     Uji glukosa dalam urine

2.     Uji albumin dalam urine

3.     Uji chlorida dalam urin

4.     Uji amonia dalam urine 

F.    Pembahasan
Pada pengamatan kali ini, kami menguji beberapa kandungan dalam urine yaitu, uji glukosa, albumin, chlorida, dan amonia. Kami menguji dua sampel urine.
Pertama, kami menguji kandungan glukosa dalam urin dengan benedict’s. Setelah selesai pengamatan urin yang kami amati ternyata sehat dan warnanya (endapan) tidak berubah melainkan tetap biru. Jika mengandung glukosa dan warnanya berubah sesuai dengan keterangan warnanya, berarti orang tersebut mengalami gangguan pada bagian penyaring ginjal sama halnya pada penderita penyakit gagal ginjal serta pada pancreas untuk memproduksi hormone insulin yang berfungsi mengatur kadar glukosa dalam darah, insulin akan mengubah glukosa yang berlebihan dalam darah menjadi glikogen dan kemudian disimpan dalam otot sebagai cadangan energi. 
Ke-dua, kami menguji kandungan albumin dalam urine dengan asam nitrit pekat. Setelah selesai pengamatan urin yang kami amati ternyata sehat dan tidak terlihat adanya cincin berwarna putih. Jika mengandung albumin dan terlihat adanya cincin berwarna putih yang terdapat pada daerah kontak urine dan asam nitrit, berarti orang tersebut mengalami gangguan fisiologi pada organ filtrasi pada ginjal, dalam kata lain penyaringan terjadi tidak sempurna.
Ke-tiga, kami manguji kandungan chlorida dalam urine dengan 4 tetes H2O. Setelah selesai pengamatan urin yang kami amati ternyata sehat dan terbentuk adanya endapan putih. Terbentuknya endapan putih ini karena terjadi pengikatan ion cl dan hal ini menunjukan terdapatnya kandungan chlorida dalam urin yang merupakan zat atau kandungan yang seharusnya memang harus ada dalam urin sebagai hasil ekskresi sisa metabolisme tubuh. Chlorida merupakan suatu elektrolit yang Memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel-sel tubuh, sebagian besar cl dalam tubuh berasal dari garam yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi. Cl diabsorpsi dalam saluran gastrointestinal. Dan kelebihannya akan dikeluarkan melalui urin.
Ke-empat, kami menguji kandungan amonia dalam urine dengan memanaskannya dan mencium bau amonianya. Setelah selesai pengamatan urin yang kami amati dan menciumnya ternyata sehat dan bau amonianya menyengat atau bau pesing. Bau ini menunjukan adanya kandungan amonia dalam urine. Bau urin tersebut bermacam-macam yang disebabkan karena berbagai kondisi yang pada umumnya tidak membahayakan. Misalnya karena makanan atau minum obat yang akan berefek pada urin.       
G.   Kesimpulan
Jadi, pada percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa urin yang kami amati tidak mengandung glukosa dan tidak terbukti adanya perubahan warna (endapan) yang terjadi, melainkan warnanya tetap tidak berubah atau dalam keadaan sehat.
Pada uji kandungan albumin, urin yang kami amati tidak terbukti adanya cincin berwarna putih yang terdapat pada daerah kontak urine dan asam nitrit, yang menandakan urin tersebut dalam keadaan sehat.
Pada uji kandungan cl, urin yang kami amati terbukti adanya endapan putih yang menandakan urin dalam keadaan sehat, karena endapan tersebut mengandung cl yang seharusnya ada dalam urin sebagai hasil ekskresi sisa metabolisme tubuh.
Pada uji amonia, urin yang kami amati terbukti sangat bau menyengat atau bau pesing yang menandakan urin dalam keadaan sehat, karena adanya kandungan amonia dalam urine.   

Daftar Pustaka 

Thenawijaya, M. 1995. Uji Biologi. Jakarta : Erlangga. 
Ganong, W. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.





Senin, 14 Desember 2015

Observasi Pembuluh Darah pada Kecebong



Praktikum Fisiologi Hewan
Observasi Pembuluh Darah Kapiler pada Kecebong 
  
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan pada semester ganjil yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.

Kelompok
: 2

Nama/NIM
: Fitri Nuryanti
13542005

: Nenden Samrotul Puadah
13542006

: Intan Febrian Susanti
13542008

: Isman Saepul Hakim
13542010

: Ai Rani Rhyana Mustika
13542024

: Siti Rahmah Al-Humairoh
13542025
Kelas
: 3 – B

Fakultas/Jurusan
: Pendidikan Biologi S-1

Jadwal praktikum
: 07 Desember 2015





LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT
2015
A.   Judul
Observasi pembuluh darah kapiler pada kecebong
B.   Tujuan
·        Untuk mengetahui aliran darah pada kecebong
·        Untuk membedakan dan mengetahui aliran pembuluh darah arteri dan vena pada ekor kecebong.
C.   Alat dan Bahan
1.     Alat
·        Object glass
·        Mikroskop 
·        Cawan petri
2.     Bahan
·        Kecebong yang masih hidup
·        Kapas
·        Alkohol 70 %
D.   Langkah kerja
1.     Disipkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.  Satu ekor kecebong yang masih hidup dibius dengan menggunakan alkohol 70 % selama 3 detik jangan sampai mati.
3.     Disimpan kecebong tersebut diatas object glass.
4.     Lalu diamati di mikroskop seperti apakah aliran darahnya.
E.    Hasil Pengamatan



F.    Pembahasan
Dapat kita ketahui bahwa hewan amphibi merupakan hewan yang hidup di dua alam yaitu air dan daratan. Katak akan bertelur di air atau meyimpan telurnya di tempat basah, ketika sudah menetas jadi lah kecebong yang hidup di air dan bernapas dengan menggunakan insang. Lalu mengalami metamorphosis yang kebanyakan hidup di daratan dan bernapas dengan menggunakan paru-paru. Sistem peredaran darahnya tertutup dan ganda. Alat sistem peredaran darahnya terdiri dari jantung, kapiler, pembuluh nadi, dan pembuluh balik.
Sistem sirkulasi pada amphibi : Bilik→ Arteri pulmokutaneus→ Paru-paru dan Kulit →Darah Kaya O → atrium kiri → Seluruh Tubuh→ Darah Kaya CO → atrium kanan → Bilik. Pada masa kecebong sistem sirkualsinya menyerupai dengan ikan yaitu : Darah Kaya CO → atrium→ ventrikel→ Insang → Darah Kaya O → Seluruh Tubuh → Darah Kaya CO.
Pada pengamatan sirkulasi kecebong kami mengamatinya pada bagian ekor kecebong dibawah mikroskop yang terlihat transparan banyak aliran-aliran darah yang mengalir. Terlihat darah yang mengalir cepat yaitu dari arah kepala ke ekor atau disebut dengan pembuluh darah arteri, dan ada yang mengalir lambat dari ekor kearah kepala atau disebut dengan pembuluh vena. 
G.   Kesimpulan
Jadi, pada percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa aliran darah pada kecebong hampir  menyerupai pada ikan karena kecebong tersebut bernapas dengan insang, mempunyai sistem peredaran darah tunggal : Darah Kaya CO → atrium→ ventrikel→ Insang → Darah Kaya O → Seluruh Tubuh → Darah Kaya CO.
Pada ekor kecebong terjadi aliran pembuluh darah arteri dan vena. Dimana pembuluh darah arteri  terlihat mengalir cepat yaitu dari arah kepala ke ekor, dan ada yang mengalir lambat dari ekor kearah kepala atau disebut dengan pembuluh vena. 
H.   Daftar Pustaka
Sri, Endang. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Jakarta :
             Cv. Putra Nugraha.